AKURAT NEWS - Seorang pendukung Ahok, menyerang Cagub DKI Jakarta dari nomor urut 3. Bahkan akibat tulisannya yang dimuat di web bernama Jakartaasoy, Namanya Tsamara mahasiswa Paramadina, dan mantan seorang mahasiswa Anies Baswedan. dan tulisan kekecewaan terhadap Anies diungkapkan, ketika dirinya diserang oleh seorang bernama Husni.
Tulisan yang mendapat perhatian dari 8.845 pembaca ini, Tsamara meluapkan uneg-unegnya dengan mengatkan kepada Husni, agar menyampaikan pandangannya tentang seorang Anies Baswedan.
“Sampaikanlah kepada cagubmu Anies Baswedan, ia bebas melakukan apapun saat ini. Toh pandangan negarawan dan intelektual pada dirinya telah sirna.” salah satu isi tulisannya.
Berikut tulisan lengkapnya yang diberi judul “Saya Tetap Menyesal” yang di ambil dari web www.jakartaasoy.com. Bahkan judul tulisan pemilik akun sosmed twitter @tsamaraDKI masuk dalam Trending Topik Indonesia :
Halo saudara Husnil.
Saya ucapkan terima kasih telah membalas tulisan saya. Setidaknya, meski kita berbeda, meski saya menyesal pernah mengagumi cagubmu, saya senang kita bisa berdebat lewat tulisan.
Pertama, soal kuliah umum di Paramadina. Sebelum saudara menuduh saya berbohong ketika absen kelas, coba saudara cek dulu kebenarannya. Sebab, pada hari Senin tanggal 21 September 2015 pukul 09:45, ada kelas Komunikasi Korporat untuk mahasiswa semester 3 Public Relations dengan dosen Hendri Satrio. Saya bukan mahasiswa baru, sehingga saya tak wajib ikut kuliah umum tersebut. Saya ikut karena saya memang kagum dengan Anies. Tak percaya? Pergilah ke Paramadina dan tanyakan ini ke beberapa mahasiswa yang menjadi saksi bagaimana saya menjaga pintu masuk aula hanya agar saya bisa duduk paling depan mendengar Anies bicara.
Saudara memberikan pembenaran atas apa yang disampaikan Anies pada kuliah umum tersebut. Menurut saya, memang itu lebih banyak gagasan. Apa yang saudara jelaskan itu sudah saya dengar semua.
Saudara Husnil, pernahkah saudara melihat kuliah umum Presiden Jokowi semasa jadi gubernur DKI? Maka saudara akan tahu betapa teknisnya kuliah umum beliau. Menarik sekali. Saudara anggap kuliah umum Anies lebih menarik? Boleh. Tapi saya suka kuliah umum model Pak Jokowi karena menceritakan apa yang selama ini beliau kerjakan sembari memberi pesan sesuai dengan tema, bukan hanya bercerita gagasan.
Soal hari Film Nasional. Saya mengatakan di artikel saya: “Mungkin rasa kecewa ini timbul karena saya sudah magang di Balaikota dan terbiasa melihat Ahok yang tidak pernah melakukan hal-hal seremonial.”
Sebelum Anies pidato, Ahok berpidato. Di pidatonya, ia menceritakan tentang bagaimana ia membasmi calo tanah agar ke depannya rumah-rumah produksi tidak kesulitan dalam mendirikan bangunannya. Itu salah satu contoh kinerja.
Ketika Anies berpidato, saya tak bilang itu tak bagus. Tapi saya tak melihat ia menceritakan apa yang ia lakukan sebagai Mendikbud agar film Indonesia bisa maju. Menteri kan bukan penyemangat, menteri itu eksekutor.
Saudara anggap pidato Anies lebih relevan? Boleh. Tapi saudara tak bisa memaksakan saya untuk berpikir seperti saudara, bukan? Sama seperti saya tidak akan memaksakan pikiran saya kepada saudara.
Saudara Husnil, saya memang pengagum Ahok. Itu saya tuliskan pula pada artikel saya di jakartaasoy. Tapi ketika saya megagumi Ahok, saya juga mengagumi banyak tokoh lain seperti Presiden Jokowi, Menteri Susi, Menteri Sri Mulyani, Walikota Tri Rismaharini, dan banyak lagi. Dulu salah satunya adalah cagubmu, Anies Baswedan.
Ini foto saya dengan beliau di Balaikota ketika sudah magang dengan Ahok.
Tau tidak saat itu beliau hendak pergi ke toilet? Tapi saya kejar, saya takut tak bertemu beliau lagi. Saya ingin sekali bicara sedikit dan foto dengan beliau. Hanya orang kagum yang melakukan ini.
Saudara Husnil juga mengatakan bahwa pola kepemimpinan Anies itu berdasarkan kata-kata dan karya? Boleh kok. Tapi saya suka pola kepemimpinan yang berdasarkan kinerja. Bukan pidato. Soal transparansi Ahok, saudara Husnil mungkin harus lebih sering mengakses Jakarta Smart City, Qlue, dan kawal APBD. Bisa diakses setiap saat dan gratis. Ketika bicara soal transparansi, caranya ada banyak. Tidak harus menerbitkan buku kan? Lagipula apakah Anies juga menerbitkan buku yang bisa diakses publik tentang alokasi anggaran, kebijakan KIP, tunjangan guru dan lain-lain selama menjadi Mendikbud?
Mungkin Anies tidak pernah menyatakan bahwa Prabowo tak mampu memimpin. Anies hanya menyatakan bahwa Prabowo tidak memiliki pengalaman memimpin negara (https://www.merdeka.com/politik/anies-baswedan-prabowo-tidak-punya-pengalaman-memimpin-negara.html).
Anies juga mengkritisi Prabowo yang tak paham DAU & DAK. Padahal menurut Anies itu adalah hal standar dan semua orang yang berhubungan dengan pemerintah harus tau (http://nasional.kompas.com/read/2014/06/16/0940179/Anies.Baswedan.Prabowo.Nggak.Nyambung.)
Lalu Anies juga mengajak rakyat Indonesia memilih Presiden yang mengerti masalah. Ini atas tanggapan terhadap Prabowo yang mengatakan ada kebocoran 1.000 T dalam APBN (https://www.merdeka.com/politik/anies-baswedan-heran-prabowo-telan-begitu-saja-bocor-rp-7200-t.html)
Mungkin Anies tak secara langsung mengatakan Prabowo tidak mampu. Tapi Anies tetap saja mengatakan bahwa Prabowo tidak memiliki pengalaman memimpin negara dan tidak paham masalah. Saya meminta maaf kalau Anies tak pernah menyatakan begitu. Walaupun dari statement-statement tersebut, intinya tetap Anies sendiri tak yakin Prabowo mampu memimpin Indonesia. Ini juga masih sebagian statement. Satu artikel tak mungkin cukup membahas pendapat Anies tentang Prabowo pada tahun 2014.
Saudara Husnil membahas soal calon independen. Saudara tau kenapa gerakan ini muncul? Karena tidak ada partai politik yang ingin mencalonkan Ahok. Tak lama sebelum itu ribut-ribut soal APBD 2015 sedang panas-panasnya. Gerakan pengumpulan KTP ini yang membuat partai politik mau mendukung Ahok. Saya tak menyesal. Sejak awal, keinginannya bukan calon independen, tapi maju lagi sebagai calon gubernur.
Dan saya belum meragukan idealisme Ahok. Saya ingat ketika dia rela keluar dari Gerindra karena bertentangan dengan idealismenya, bertentangan dengan kehendak rakyat. Gerindra saat itu ingin Pilkada kembali ke DPRD.
Saat ini pun meski diusung partai politik, Ahok sangat transparan terkait dana kampanyenya. Setiap orang bisa menyumbang dari Rp 10.000 hingga Rp 75.000.000.
Sekarang yang terakhir, soal kedatangan ke Petamburan. Mohon maaf, saudara Husnil, saya ingin tertawa ketika saudara menyamakan kedatangan Presiden Jokowi dan Kapolri Tito Karnavian dengan kedatangan Anies Baswedan.
Kapasitas Jokowi adalah Presiden dan Tito adalah Kapolri. Ada tuntutan kepada keduanya: menangkap Ahok. Aksi-aksi digelar. Banyak masyarakat resah. Tugas Jokowi sebagai Presiden dan Tito sebagai Kapolri adalah mendinginkan suasana.
Pertemuan Tito dan petinggi GNPF-MUI adalah untuk menjamin bahwa aksi akan berlangsung damai, tidak akan ada kerusuhan. Itu tugas Tito sebagai Kapolri.
Sementara kehadiran Presiden Jokowi pada 212 adalah untuk mendinginkan suasana. Sebab banyak yang menganggap Presiden tidak menghargai massa yang hadir pada 411 karena tidak menemui mereka. Kedatangan Presiden adalah untuk mengapresiasi damainya aksi dan meminta mereka pulang dengan tertib.
Sekarang saya tanya, dalam kapasitas apa Anies datang ke Petamburan? Calon gubernur. Di sana Anies bukan mengajak persatuan. Di sana Anies berkampanye. Ia sedang membantah dirinya bukan liberal, Syiah, Wahabi.
Dia bahkan sedang memuja dirinya sendiri dengan mengatakan Paramadina adalah api dan ia selama menjadi rektor pemadamnnya. Saudara Husnil, mohon tunjukkan kepada saya, di mana letak persatuan yang Anies bawa?
Yang ia lakukan adalah berkampanye untuk meraup suara kelompok ekstrim kanan tersebut. Lebih sedih lagi ia melakukan itu dengan merendahkan Paramadina, kampus yang pernah membesarkan namanya! Ia sebut Paramadina api!
Paramadina adalah hasil pemikiran Cak Nur. Dan jika Paramadina itu api, percayalah Anies tak akan mampu memadamkannya. Dan katakanlah pada Anies, saudara Husnil, bahwa Paramadina lebih besar dari dirinya!
Saudara Husnil, dalam akhir tulisan saya ini, izinkanlah saya untuk tetap berpandangan sama bahwa saya menyesal pernah mengagumi Anies.
Sampaikanlah kepada cagubmu Anies Baswedan, ia bebas melakukan apapun saat ini. Toh pandangan negarawan dan intelektual pada dirinya telah sirna.
Hanya saja, ingatkanlah kepada Pak Anies, bahwa kekuasaan itu diberikan oleh Allah SWT. Jangan demi mengejar kekuasaan sampai tega menyebut kampus yang membesarkan namanya sebagai api dan kontroversi.
Mohon maaf jika ada salah kata. Salam.
Transkrip pertemuan Anies & FPI:
news.gubernurmuslim.com - PB
Demikianlah Artikel Pendukung Ahok Ini Marah Dan Sebut Pandangan Negarawan dan Intelektual Anies Baswedan Telah Habis
Sekian informasi dan berita dari Akurat News tentang Pendukung Ahok Ini Marah Dan Sebut Pandangan Negarawan dan Intelektual Anies Baswedan Telah Habis, mudah-mudahan informasi dan berita ini bisa memberikan manfaat dan pengetahuan untuk kita semua. Sampai jumpa di berita kami lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pendukung Ahok Ini Marah Dan Sebut Pandangan Negarawan dan Intelektual Anies Baswedan Telah Habis dengan alamat link https://akuratid.blogspot.com/2017/01/pendukung-ahok-ini-marah-dan-sebut.html